:D

:D

hai :D

hai :D

Selasa, 18 Februari 2014

Sedekah Pertamaku


Aku melihat celengan ayamku yang berwarna merah muda pemberian mama. Sepertinya uang yang ada di dalamnya sudah banyak. Saat aku mengangkat celengan plastik itu, rasanya sudah berat.

Aku senang sekali. Hampir setiap hari sejak dua bulan lalu aku menyisakan uang jajanku untuk aku masukkan ke celengan ini.

Aku berharap semua uang-uangku bisa aku gunakan untuk membeli tas ransel baru. Pasti mama dan papa bangga karena anaknya yang cantik ini bisa membeli tas ransel dengan uang tabungannya sendiri.

Jam sudah menunjukkan angka tujuh. Aku berpamitan pada mama dan papa. Sekolahku tidak begitu jauh, untuk pergi kesana cukup dengan berjalan kaki saja.
Kira-kira baru beberapa menit aku berjalan, aku bertemu Lisa teman sekelasku.

“Hai, Lisa! Kenapa kamu tidak berangkat ke sekolah?” tanyaku pada Lisa.

“Hai, Ruri! Hari ini aku terpaksa bolos sekolah karena semalam genting rumahku bocor dan rumahku banjir. Semua buku dan alat-alat sekolahku basah dan kotor. Tas ranselku satu-satunya juga hilang. Sekarang aku tidak bisa bersekolah lagi karena tidak punya tas.” Jawab Lisa sambil menangis.

“Ohh begitu rupanya. Kasihan sekali. Kalau begitu, aku berangkat sekolah dulu, ya!” Aku pun melanjutkan perjalananku menuju sekolah.

Di sekolah, aku masih memikirkan tas ransel seperti apa yang akan aku beli dengan uang tabunganku. Tapi tiba-tiba aku teringat Lisa. Dia sama sekali tidak bisa bersekolah karena buku dan alat-alat sekolahnya basah. Sedangkan sekarang aku malah bingung memikirkan tas ransel seperti apa yang ingin aku beli.

Padahal tas ransel yang aku pakai setiap hari ke sekolah masih bagus dan belum rusak sama sekali. Aku jadi merasa kasihan pada Lisa.

Sepulang sekolah, aku memutuskan untuk mengambil semua uang tabungan yang ada di celengan ayamku. Lalu aku mengajak mama untuk pergi ke pasar.

“Mama, Ruri ingin beli tas ransel di pasar. Mama bisa antar Rurik ke pasar?” tanyaku pada mama.

Mama pun setuju dan kami berdua bergi ke pasar naik motor.

Sesampainya di pasar, aku membeli tas ransel dan buku tulis bergambar Barbie. Tak lupa aku membeli tempat pensil dan isinya.

“Ruri, peralatan sekolahmu, kan, masih banyak dan masih bisa digunakan. Kenapa kamu membeli peralatan sekolah banyak sekali?” Tanya mama heran.

“Semua ini bukan untuk Ruri, Ma. Tapi untuk Lisa. Semua buku dan alat-alat sekolahnya basah karena rumahnya banjir.” Jawabku sambil tersenyum.

Mama pun ikut tersenyum padaku. Sepulang dari pasar, aku langsung pergi ke rumah Lisa untuk memberikan semua yang aku beli di pasar tadi. Lisa terlihat sangat senang sekali saat menerima pemberianku. Aku juga merasa senang bisa menolong Lisa.

Kini Lisa bisa berangkat sekolah lagi bersamaku. Lisa sekarang juga tidak perlu khawatir lagi dengan peralatan sekolahnya, karena dia telah mendapatkan peralatan sekolah baru.

Ternyata menolong Lisa justru lebih menyenangkan daripada membeli tas ransel baru yang aku impikan. Aku sama sekali tidak kecewa ataupun sedih karena uang tabunganku tidak jadi aku belikan tas ransel. Justru aku sangat bahagia karena telah menolong orang lain yang jauh lebih membutuhkan daripada aku.

Mama bilang, semua yang aku lakukan ini disebut dengan sedekah. Jadi, inilah sedekah pertamaku pada Lisa.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com