:D

:D

hai :D

hai :D

Jumat, 03 Mei 2013

Gerhana di Balik Sinar Mentari


Kali ini, sepintas jalan setapak sepakat kita lupakan. Hari itu hanya langit yang menangis menggeru. Ya, bukan aku – atau bahkan kamu. Kita hampir saling menipu perasaan diri kita masing-masing. Aku yang saat itu memang tak ingin menatap langit, berusaha menahan semua asa yang sia-sia.

Apa? Apa! Apa, Apa.

Tak tahan empedu ini menyaring kotornya darah yang mengalir di tubuhku.

Bahkan dirimu tak menyentuhku. Apa? Semuanya hanya sia-sia. Kali ini, sepintas jalan setapak ini sudah tak layak kulewati lagi. Tak layak untuk kukenang lagi. Bahkan dirimu.

Apa! Apa kamu tahu mengapa aku melakukan semua ini? Jangan tanya apa padaku! Hatimu pasti sudah tahu apa.

Aku tak ingin ketika kulewati jalan ini, ku teringat kembali sosok itu yang dengan lembut membelai dan menciummu. Apa? Aku hampir tak habis kata.

Kamu membiarkannya melakukan apa yang sesungguhnya mungkin ada di benakmu. Yang saat itu mungkin benar-benar sudah tidak ada aku didalamnya. Ah, apa aku bilang. Sungguh keparat kamu memasuki jiwa ini.

Bahkan mendengar namamu pun tak sudi aku. Intan ini sudah tak berguna lagi. Aku rasa benda ini lebih pantas terselip di jari seekor anjing Puddle.

Aku, biarlah semua ini berlalu lurus bak hujan yang menetes tepat di tiap-tiap tanah. Biarlah jalan ini kukubur selama-lamanya. Biarlah anak-anakku kini berlari mengejar bola-bola asa tujuan hidup mereka dengan seorang imam yang terpercaya.

Ya, seperti dia...

Aku merasa tlah memiliki surga karena tlah memilih dia...

Ya..

“Muah..” tiba-tiba seorang pria datang mencium kepalaku dengan diiringi dua gadis kecil yang memelukku dari belakang.

“... jangan terlalu lelah” lanjutnya.

Aku berbalik arah lalu berdiri merengkuh lengannya sambil berbisik, “.. ibu benar-benar tak salah memilihmu untukku..”

Ya, dia senantiasa memperhatikanku. Bahkan porsi makanku pun yang terhitung hal yang tidak penting selalu dia atur sedemikian sempurnanya. Dia tak pernah mengagung-agungkan bunda hanya bila di muka saja. Sungguh, sifatnya sejak pertama kali aku bertatap muka selalu sama. Bahkan hingga detik ini...

“... Lin, kalau mau latihan ngendarai mobil, yang dilihat jalan rayanya dong. Jangan aku, hiihh”

Aku terhenyak. Segera kutekan tombol start Picanto merah itu dan perlahan menjauh dari halaman rumah.

Si bungsu tengah tidur dengan bunda kala itu.

Kira-kira sepuluh menit lagi kita sampai di SD Harapan Bangsa. Lega, dua puluh menit yang menegangkan bagiku. Setelah ini mungkin harus kuserahkan kemudi ini padanya agar Natasha bisa istirahat sejenak dalam mobil tanpa kembang kempis napasku menahan kendali rem dan gas yang selalu tak bisa balance.

“Mamaaah..” suaranya sungguh membuat dada ini sesak. Harus kuakui bahwa dialah satu-satunya nyawaku yang terpisah dari ragaku.

Kutuntun Natasha hingga ke depan pintu mobil. Detik yang terlampau cepat hingga tak bisa kuingat kembali semuanya..

Seseorang berlari kencang dari arah barat menabrak Natasha hingga jatuh terjembab di aspal. Aku menjerit keras. Pram keluar dari mobil dan segera meraih Natasha.

Orang itu jatuh tepat disampingku diikuti teriakan orang-orang disekitarku yang turut berlari sembari mengumpat, menyebutnya “copet...!!”

“maaf mbak,” katanya sambil berlalu menjauh dariku.

Dia hafal betul makanan apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai. Dia tahu seberapa banyak bubuk merica yang perlu dia taburkan pada mangkokku saat kita pergi dinner menyantap sup jagung. Berbeda sekali. Kau bahkan lupa ulang tahunku...

Aku ingat.. Jelas, sangat jelas..

Wajah itu, dengan mata merah dan bau alkohol yang menyeruak dari mulutnya saat dia berkata ‘maaf’, dan lesung pipi yang sejak dulu aku idolakan saat kita pertama kali bertemu di perpustakaan fakultas hukum. Semuanya..

Aryo..

Apa sesungguhnya yang kau perbuat?

Bermain dengan berbagai macam jenis wanita? Menghancurkan rencana pernikahan yang telah kita persiapkan? Mencuri tas orang? Menabrak putriku hingga koma lima hari? Membuatnya gegar otak ringan akibat benturan keras yang kau lakukan?

Aku sungguh tak sudi mengingat namamu lagi...


0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com